Keterikatan Pati Aren Dan Topeng Ireng Dalam Pasar Budaya Desa Tuksongo

Pasar budaya pati aren dan topeng ireng atau yang disingkat dengan prabu areng ini merupakan pasar budaya yang pertamakalinya diadakan di Desa Tuksongo. Sesuai namanya, latar belakang diangkatnya tema aren dan topeng ireng ini dikarenakan masyarakat Desa Tuksongo tepatnya Dusun Tuksongo dahulunya banyak yang berprofesi sebagai pengrajin aren, meskipun seiring dengan berkembangnya zaman pekerjaan ini mulai ditinggalkan. Namun hubungan aren dan topeng ireng di desa ini memiliki keterikatan dikarenakan masyarakat yang berprofesi sebagai pengrajin aren dahulunya juga merupakan pemain topeng ireng khususnya Topeng Kawedar. Ada satu hal lagi yang menarik terkait hubungan topeng ireng dengan pengrajin aren, yaitu salah satu pemain topeng ireng ketika mengalami kerasukan ketika pementasan akan sembuh bila meminum dawet pati aren. Dua topik ini memiliki keterikatan satu sama lain yang mana pemain kesenian Topeng Kawedar pada awalnya adalah pengrajin pati aren, sehingga alat musiknya diambil dari hasil olahan aren seperti doran yang digunakan sebagai gagang cangkul dan dijadikan alat musik pengganti bende. Selain itu alat musik dodok yang digunakan untuk kesenian Topeng kawedar terbuat dari batang aren. Hasil olahannya dijadikan sebagai isi larakan berupa dawet, ongol-ongol,kolang-kaling dan jenang pati aren. Selain itu pengolahan pati aren merupakan sebuah ciri khas dari Dusun Tuksongo yang merupakan satu-satunya pengrajin pati aren di Desa Tuksongo. Pasar budaya ini mengangkat judul ’’Murakabi Marang Manungso Sepodo-podo” yang memiliki arti Kesenian Topeng Kawedar dan pengrajin pati aren dapat memberi manfaat untuk sesama manusia.

Adanya pasar budaya ini mengajarkan untuk mencintai budaya yang ada dalam bermasyarakat, selain itu dengan diadakannya pasar budaya ini dapat menjadikan tempat untuk menampilkan potensi yang ada di desa, sebagai tempat edukasi serta pasar budaya menjadi tempat untuk belajar tentang nilai kehidupan masyarakat dan menjadi tempat untuk membantu warga dari kelompok rentan dan marjinal yang ada di desa. Selain itu pasar budaya ini menerapkan pasar ramah lingkungan dimana makanan yag dijual khususnya tidak menggunakan plastic sebagai kemasannya, melainkan menggunakan kemasan ramah lingkungan seperti daun pisang serta gelas minum dari bambu. Nilai-nilai kehidupan yang ingin disampaikan dengan adanya pasar budaya ini adalah bahwa manusia dan alam adalah satu kesatuan utuh. Sudah seyogyanya kita saling menjaga dan merawat. Selain itu pasar budaya menyajikan makanan lokal yang diolah dengan resep dari warisan leluhur tanpa adanya zat campuran berbahan kimia sehingga rasa dan nuansanya sangat syarat akan tradisi dan budaya dimasa lampau. Dengan mengemas pasar budaya yang lebih menyenangkan untuk semua usia terutama dengan mengajak anak-anak untuk berpartisipasi dalam pasar budaya. Dikarenakan anak-anak adalah pewaris peradaban yang mana mereka seyogyanya paham dan mencintai tradisi yang pernah ada. Selain itu untuk menumbuhkan sikap berani, dan menambah wawasan juga sebagai media untuk mereka tumbuh dan mengenal tentang alam dan tradisi.